Di lain pihak ada juga orang yang memilih kerja paruh waktu dan ada juga yang merasa “terpaksa” bekerja penuh waktu. Lantas bagaimana mempertimbangkan kedua pilihan itu?
Berikut akan dijelaskan faktor-faktor apa yang sebaiknya dipertimbangkan dalam pemilihan jenis pekerjaan yang terkait dengan waktu.
Bekerja Penuh Waktu, antara Karier atau Pendapatan yang Teratur
Orang yang memilih bekerja penuh waktu biasanya dapat dibedakan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama bekerja penuh waktu karena ia ingin meniti karier. Orang dengan motivasi ini, memiliki sebuah cita-cita yang penting, yang membutuhkan kerja keras dan perhatian penuh agar ia dapat meningkatkan kemampuan dan meningkatkan jenjang kompetensi yang dimilikinya.
Namun, kelompok pekerja yang ingin bekerja penuh waktu karena membutuhkan pendapatan yang teratur, untuk mencukupi kebutuhan dirinya atau orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.
Kadang kala, kalau pilihan bekerja penuh waktu hanya dengan alasan untuk mendapatkan penghasilan yang teratur tanpa mempertimbangkan “passion” mereka di pekerjaan, maka orang-orang ini tidak akan bekerja dengan optimal karena mereka tidak bekerja dengan sepenuh hati.
Tidak ada salahnya kita bekerja penuh waktu karena kebutuhan untuk kelangsungan hidup, namun pertimbangan “jenis pekerjaan” yang sesuai dengan kemampuan dan minat kita sangat penting untuk kesehatan fisik maupun mental.
Bekerja Paruh Waktu, Keseimbangan antara Waktu dan Tenaga
Bekerja paruh waktu sering menjadi pilihan ideal bagi orang-orang yang memiliki kendala waktu maupun kendala tenaga. Misalnya mahasiswa, orang tua yang ingin merawat dan mengasuh anaknya sendiri, dan juga para pensiunan.
Dalam pekerjaan yang paruh waktu, kemungkinan untuk mencapai jenjang karier yang tinggi biasanya agak sulit karena status kepegawaian para pekerja paruh waktu biasanya tidak tetap sehingga kemungkinan untuk naik pangkat dan promosi menjadi kecil.
Ada juga pekerja paruh waktu yang “terpaksa” mengambil pekerjaan tersebut karena mereka tidak ada pilihan lain.
Salah satu aspek yang menguntungkan bagi pekerja paruh waktu adalah bahwa mereka lebih mempunyai kesempatan untuk menyeimbangkan waktu antara hal-hal yang disukainya, dengan hal-hal yang harus dikerjakannya walaupun ia tidak terlalu menyukainya.
Misalnya, seorang mahasiswa yang terpaksa bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan karena ia memerlukan penghasilan tersebut untuk uang kuliahnya.
Pada dasarnya ia menganggap pekerjaan paruh waktunya membosankan dan tidak menantang, namun karena hanya pekerjaan itu yang memungkinkan ia dapat tetap fokus dan berprestasi dalam kuliahnya, maka situasi tempat kerja yang tidak nyaman hanya akan merupakan tekanan sementara, yang tidak terlalu mengganggu kesehatan mentalnya.
Kegembiraan dapat tetap kuliah akan menjadi penyeimbang bagi kesehatan mentalnya. Keadaan ini tentu akan sangat berbeda jika seseorang terpaksa memilih sebuah pekerjaan paruh waktu yang tidak disukai hanya karena tuntutan ekonomi atau hanya demi “status”.
Orang awam cenderung menganggap bahwa orang yang bekerja paruh waktu karena pekerjaan itu merupakan hobinya, mereka adalah orang-orang yang paling beruntung. Sayangnya, ada juga orang-orang yang bekerja hanya untuk menghabiskan waktu tanpa dorongan keinginan untuk mencapai cita-cita atau juga tekanan kebutuhan. Kelompok ini kadang menjadi kurang serius dalam bekerja.
Utamakan Kebahagiaan dalam Menjalani Hidup
Sebenarnya isu yang lebih penting dalam pemilihan jenis pekerjaan yang penuh waktu atau paruh waktu perlu pertimbangan dari tujuan utama hidup seseorang. Tentunya kelangsungan hidup secara fisik merupakan prioritas setiap manusia, namun kebahagiaan psikologis seseorang juga sangat penting bagi kesehatan mental jangka panjang seseorang.
Pekerjaan yang ideal adalah pekerjaan yang memungkinkan seseorang menjadi mandiri, mampu mengelola berbagai tuntutan hidupnya sehingga ia menemukan makna hidup karena ia merasa dapat berkembang dan didukung oleh lingkungan sosial yang positif.
Selain itu baik bekerja penuh waktu ataupun paruh waktu tidak harus selalu terkait dengan dapat atau tidak dapatnya seseorang berkarier. Seseorang yang bekerja paruh waktu tetap dapat berkarier seperti orang yang bekerja paruh waktu, walaupun tentu tantangan yang dihadapi lebih banyak.
Alternatif bekerja paruh waktu mungkin saja merupakan masa untuk meningkatkan berbagai keterampilan, yang pada saatnya nanti merupakan modal untuk mencapai cita-cita.
Misalnya saja, ibu rumah tangga yang bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan, suatu saat nanti bisa saja menjadi seorang profesional dan mencapai karier yang dicita-citakannya. Setelah anak-anaknya cukup besar dan bisa ditinggal bekerja, ia dapat melamar sebagai pekerja penuh waktu di perusahaan tertentu. Atau ia membuka perusahaan sendiri.
Jadi, pertimbangan memilih bekerja penuh atau paruh waktu sebaiknya bukan hanya karena pertimbangan kebutuhan finansial dan karier semata. Hal yang akan menjadi jauh lebih penting dalam jangka panjang adalah kebahagiaan psikologis seseorang dalam menjalani kehidupannya, termasuk keseimbangan antara kebahagiaan diri dan kebahagiaan lingkungan sosial yang terdekat.
Sama seperti para pekerja penuh waktu, pekerja paruh waktu juga perlu mempertimbangkan “jenis pekerjaan” yang sesuai dengan kemampuan, minat dan lingkungan sosial tempat ia bekerja.
Pada akhirnya, sebaiknya pemilihan bekerja penuh waktu atau paruh waktu merupakan hasil pertimbangan dari berbagai faktor yang lebih penting, lebih bermakna dalam hidup dibandingkan sekedar bekerja demi penghasilan.
0 komentar:
Posting Komentar